Senin, 27 Januari 2014
Post Test COBIT
IT Audit Tools
Definisi Audit Teknologi Informasi (IT AUDIT)
Audit teknologi informasi (Inggris: information technology (IT) audit atau information systems (IS) audit) adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya. - Wikipedia
Secara umum Audit IT adalah suatu proses kontrol pengujian terhadap infrastruktur teknologi informasi dimana berhubungan dengan masalah audit finansial dan audit internal. Audit IT lebih dikenal dengan istilah EDP Auditing (Electronic Data Processing), biasanya digunakan untuk menguraikan dua jenis aktifitas yang berkaitan dengan komputer. Salah satu penggunaan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan proses penelahan dan evaluasi pengendalian-pengendalian internal dalam EDP. Jenis aktivitas ini disebut sebagai auditing melalui komputer. Penggunaan istilah lainnya adalah untuk menjelaskan pemanfaatan komputer oleh auditor untuk melaksanakan beberapa pekerjaan audit yang tidak dapat dilakukan secara manual. Jenis aktivitas ini disebut audit dengan komputer.
Audit IT sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu, antara lain Traditional Audit, Manajemen Sistem Informasi, Sistem Informasi Akuntansi, Ilmu Komputer, dan Behavioral Science. Audit IT bertujuan untuk meninjau dan mengevaluasi faktor-faktor ketersediaan (availability), kerahasiaan (confidentiality), dan keutuhan (integrity) dari sistem informasi organisasi.
2. IT Audit Tools (Software)
Tool-tool yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan Audit Teknologi Informasi. Tidak dapat dipungkiri, penggunaan tool-tool tersebut memang sangat membantu Auditor Teknologi Informasi dalam menjalankan profesinya, baik dari sisi kecepatan maupun akurasinya.
Berikut beberapa software yang dapat dijadikan alat bantu dalam pelaksanaan audit teknologi informasi
a. ACL
ACL (Audit Command Language) merupakan sebuah software CAAT (Computer Assisted Audit Techniques) yang sudah sangat populer untuk melakukan analisa terhadap data dari berbagai macam sumber.
ACL for Windows (sering disebut ACL) adalah sebuah software TABK (TEKNIK AUDIT BERBASIS KOMPUTER) untuk membantu auditor dalam melakukan pemeriksaan di lingkungan sistem informasi berbasis komputer atau Pemrosesan Data Elektronik.
b. Picalo
Picalo merupakan sebuah software CAAT (Computer Assisted Audit Techniques) seperti halnya ACL yang dapat dipergunakan untuk menganalisa data dari berbagai macam sumber.Picalo bekerja dengan menggunakan GUI Front end, dan memiliki banyak fitur untuk ETL sebagai proses utama dalam mengekstrak dan membuka data, kelebihan utamanya adalah fleksibilitas dan front end yang baik hingga Librari Python numerik.
Berikut ini beberapa kegunaannya :
· Menganalisis data keungan, data karyawan
· Mengimport file Excel, CSV dan TSV ke dalam databse
· Analisa event jaringan yang interaktif, log server situs, dan record sistem login
· Mengimport email kedalam relasional dan berbasis teks database
· Menanamkan kontrol dan test rutin penipuan ke dalam sistem produksi.
c. Powertech Compliance Assessment
Powertech Compliance Assessment merupakan automated audit tool yang dapat dipergunakan untuk mengaudit dan mem-benchmark user access to data, public authority to libraries, user security, system security, system auditing dan administrator rights (special authority) sebuah serverAS/400.
d. Nipper
Nipper merupakan audit automation software yang dapat dipergunakan untuk mengaudit dan mem-benchmark konfigurasi sebuah router.
Nipper (Jaringan Infrastruktur Parser) adalah alat berbasis open source untuk membantu profesional TI dalam mengaudit, konfigurasi dan mengelola jaringan komputer dan perangkat jaringan infrastruktur.
e. Nessus
Nessus merupakan sebuah vulnerability assessment software, yaitu sebuah software yang digunakan untuk mengecek tingkat vulnerabilitas suatu sistem dalam ruang lingkup keamanan yang digunakan dalam sebuah perusahaan
f. Metasploit
Metasploit Framework merupakan sebuah penetration testing tool, yaitu sebuah software yang digunakan untuk mencari celah keamanan.
g. NMAP
NMAP merupakan open source utility untuk melakukan security auditing. NMAP atau Network Mapper, adalah software untuk mengeksplorasi jaringan, banyak administrator sistem dan jaringan yang menggunakan aplikasi ini menemukan banyak fungsi dalam inventori jaringan, mengatur jadwal peningkatan service, dan memonitor host atau waktu pelayanan. Secara klasik Nmap klasik menggunakan tampilan command-line, dan NMAP suite sudah termasuk tampilan GUI yang terbaik dan tampilan hasil (Zenmap), fleksibel data transfer, pengarahan ulang dan tools untuk debugging (NCAT) , sebuah peralatan untuk membandingan hasil scan (NDIFF) dan sebuah paket peralatan analisis untuk menggenerasikan dan merespon (NPING)
h. Wireshark
Wireshark merupakan aplikasi analisa netwrok protokol paling digunakan di dunia, Wireshark bisa mengcapture data dan secara interaktif menelusuri lalu lintas yang berjalan pada jaringan komputer, berstandartkan de facto dibanyak industri dan lembaga pendidikan.
Sumber http://henindya.blogspot.com/2011/10/it-audit-tools.html
Pre Test COBIT
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
1. pengertian COBIT
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan sekumpulan dokumentasi dan panduan yang mengarahkan pada IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen, dan pengguna (user) untuk menjembatani pemisah antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol, dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT dikembangkan oleh IT governance Institute (ITGI) yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA)
Menurut Campbell COBIT merupakan suatu cara untuk menerapkan IT governance. COBIT berupa kerangka kerja yang harus digunakan oleh suatu organisasi bersamaan dengan sumber daya lainnya untuk membentuk suatu standar yang umum berupa panduan pada lingkungan yang lebih spesifik. Secara terstruktur, COBIT terdiri dari seperangkat contol objectives untuk bidang teknologi indormasi, dirancang untuk memungkinkan tahapan bagi audit.
Menurut IT Governance Institute Control Objectives for Information and related Technology (COBIT, saat ini edisi ke-4) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis.
2.sejarah dan perkembangan
COBIT muncul pertama kali pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1 yang menekankan pada bidang audit, COBIT versi 2 pada tahun 1998 yang
menekankan pada tahap kontrol, COBIT versi 3 pada tahun 2000 yang berorientasi kepada manajemen, dan COBIT versi 4 yang lebih mengarah kepada IT governance. COBIT terdiri dari 4 domain, yaitu:
Planning & Organization
Acquisition & Implementation
Delivery & Support
Monitoring & Evalution
3. Kerangka kerja COBIT
Menurut Campbell dalam hirarki COBIT terdapat 4 domain COBIT yang terbagi menjadi 34 proses dan 318 control objectives, serta 1547 control practitices. Dalam setiap domain dan proses di dalamnya tersedia pula panduan manajemen, panduan audit, dan ringkasan bagi pihak eksekutif
Adapun kerangka kerja COBIT secara keseluruhan terdiri atas arahan sebagai berikut:
Control Obejctives: terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi yang tercermin dalam 4 domain.
Audit guidelines: berisi 318 tujuan pengendalian bersifat rinci
Management guidelinesL berisi arahan, baik secara umum dan spesifik mengenai hal-hal yang menyangkut kebutuhan manajemen. Secara garis besar dapat memberikan jawaban mengenai:
Apa saja indikator untuk mencapai hasil kinerja yang baik?
Faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk mencapai sukses?
Apa resiko yang mungkin muncul bila tidak mencapai sasaran?
Disamping itu, dalam kerangka kerja COBIT juga memasukkan bagian-bagian seperti :
Maturity models: untuk menilai tahap maturity IT dalam skala 0-5
Critical Success Factors (CSFs): arahan implementasi bagi manajemen dalam melakukan pengendalian atas proses IT.
Key Goal Indicatirs (KGIs): berisi mengenai arahan kinerja proses-proses IT sehubungan dengan kebutuhan bisnis.
Key Performance Indicators (KPIs): kinerja proses-proses IT sehubungan dengan sasaran/tujuan proses (process goals).
Sumber : http://dzayankriraya.blogspot.com/2011/08/cobit-control-objectives-for.html
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
1. pengertian COBIT
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan sekumpulan dokumentasi dan panduan yang mengarahkan pada IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen, dan pengguna (user) untuk menjembatani pemisah antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol, dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT dikembangkan oleh IT governance Institute (ITGI) yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA)
Menurut Campbell COBIT merupakan suatu cara untuk menerapkan IT governance. COBIT berupa kerangka kerja yang harus digunakan oleh suatu organisasi bersamaan dengan sumber daya lainnya untuk membentuk suatu standar yang umum berupa panduan pada lingkungan yang lebih spesifik. Secara terstruktur, COBIT terdiri dari seperangkat contol objectives untuk bidang teknologi indormasi, dirancang untuk memungkinkan tahapan bagi audit.
Menurut IT Governance Institute Control Objectives for Information and related Technology (COBIT, saat ini edisi ke-4) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis.
2.sejarah dan perkembangan
COBIT muncul pertama kali pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1 yang menekankan pada bidang audit, COBIT versi 2 pada tahun 1998 yang
menekankan pada tahap kontrol, COBIT versi 3 pada tahun 2000 yang berorientasi kepada manajemen, dan COBIT versi 4 yang lebih mengarah kepada IT governance. COBIT terdiri dari 4 domain, yaitu:
Planning & Organization
Acquisition & Implementation
Delivery & Support
Monitoring & Evalution
3. Kerangka kerja COBIT
Menurut Campbell dalam hirarki COBIT terdapat 4 domain COBIT yang terbagi menjadi 34 proses dan 318 control objectives, serta 1547 control practitices. Dalam setiap domain dan proses di dalamnya tersedia pula panduan manajemen, panduan audit, dan ringkasan bagi pihak eksekutif
Adapun kerangka kerja COBIT secara keseluruhan terdiri atas arahan sebagai berikut:
Control Obejctives: terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi yang tercermin dalam 4 domain.
Audit guidelines: berisi 318 tujuan pengendalian bersifat rinci
Management guidelinesL berisi arahan, baik secara umum dan spesifik mengenai hal-hal yang menyangkut kebutuhan manajemen. Secara garis besar dapat memberikan jawaban mengenai:
Apa saja indikator untuk mencapai hasil kinerja yang baik?
Faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk mencapai sukses?
Apa resiko yang mungkin muncul bila tidak mencapai sasaran?
Disamping itu, dalam kerangka kerja COBIT juga memasukkan bagian-bagian seperti :
Maturity models: untuk menilai tahap maturity IT dalam skala 0-5
Critical Success Factors (CSFs): arahan implementasi bagi manajemen dalam melakukan pengendalian atas proses IT.
Key Goal Indicatirs (KGIs): berisi mengenai arahan kinerja proses-proses IT sehubungan dengan kebutuhan bisnis.
Key Performance Indicators (KPIs): kinerja proses-proses IT sehubungan dengan sasaran/tujuan proses (process goals).
Sumber : http://dzayankriraya.blogspot.com/2011/08/cobit-control-objectives-for.html
Postest Kendali dan Audit SI
Pengendalian TI didefinisikan sebagai suatu pernyataan hasil yang diinginkan atau maksud yang dicapai oleh prosedur pengendalian implementasi dalam kegiatan TI khusus.
Terdapat 15 area pengendalian, sebut dan jelaskan.
Jawaban :
1. Integritas Sistem adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdiri atas pilar-pilar yang mana di dalamnya terdapat pelaksanaan yang menjunjung tinggi integritas demi institusi tersebut.
Integritas Sistem terdiri dari :
a. Ketersediaan dan kesinambungan sistem komputer untuk user.
b. Kelengkapan, Keakuratan, Otorisasi, serta proses yg auditable.
c. Persetujuan dari user atas kinerja sistem yang di inginkan.
d. Preventive maintenance agreements untuk seluruh perlengkapan.
e. Kesesuaian kinerja antara S/W dan jaringan dengan yang diharapkan.
f. Serta adanya program yang disusun untuk operasi secara menyeluruh.
2. Manajemen Sumber Daya adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Manajemen Sumber Daya terdiri dari :
a. Faktor-faktor yang melengkapi integritas sistem.
b. Yaitu meyakini kelangsungan (ongoing) H/W, S/W, SO, S/W aplikasi, dan komunikasi.
jaringan komputer, telah di pantau dan dikelola pada kinerja yang maksimal namun
tetap dengan biaya yang wajar.
c. Hal-hal tersebut di dokumentasikan secara formal, demi proses yan berkesinambungan.
3. Pengendalian Perubahan S/W Aplikasi dan S/W sistem
a. Menentukan adanya keterlibatan dan persetujuan user dalam hal adanya perubahan
terhadap s/w aplikasi dan s/w sistem
b. Setiap pengembangan dan perbaikan aplikasi harus melalui proses formal dan di
dokumentasi serta telah melalui tahapan-tahapan pengembangan sistem yang
dibakukan dan disetujui.
4. Backup dan Recovery
a. Demi kelangsungan usaha, harus tersedia data processing disaster recovery planning
(rencana pemulihan data dan pusat sistem informasi apabila terjadi kehancuran),
b. Baik berupa backup dan pemulihan normal, maupun rencana contingency untuk
kerusakan pusat SI (lokasi gedung, peralatanya, SDM-nya maupun manualnya).
5. Contigency Planning
a. Perencanaan yang komprehenshif di dalam mengantisipasi terjadinya ancaman
b. terhadap fasilitas pemrosesan SI
c. Dimana sebagian besar komponen utama dari disaster recovery plan telah
dirumuskan dengan jelas, telah di koordinasikan dan disetujui, seperti critical application
systems, identifikasi peralatan dan fasilitas penunjang H/W, sistem S/W dan sebagainya.
6. System S/W Support
a. Pengukuran pengendalian dalam pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan
dari S/W SO, biasanya lebih canggih dan lebih cepat perputarannya dibandingkan
dengan S/W aplikasi dengan ketergantungan yang lebih besar kepada staf teknik untuk
integritas fungsionalnya.
b. Pengukuran kendali pengamanan aplikasi individu maupun pengamanan logika sistem
secara menyeluruh (systemwide logical security).
7. Dokumentasi
a. Integritas dan ketersediaan dokumen operasi, pengembangan aplikasi, user dan S/W
sistem.
b. Diantaranya dokumentasi program dan sistem, buku pedoman operasi dan schedule
operasi,
c. Untuk setiap aplikasi sebaiknya tersedia dokumentasi untuk tiap jenjang user.
8. Pelatihan atau Training
a. Adanya penjenjagan berdasarkan kemampuan untuk seluruh lapisan manajemen dan
staf, dalam hal penguasaannya atas aplikasi-aplikasi dan kemampuan teknisnya.
b. Serta rencana pelatihan yang berkesinambungan.
9. Administrasi
a. Struktur organisasi dan bagannya, rencana strategis, tanggungjawab fungsional, job
description, sejalan dengan metoda job accounting dan/atau charge out yang digunakan.
b. Termasuk didalamnya pengukuran atas proses pengadaan dan persetujuan untuk
semua sumber daya SI.
10. Pengendalian Lingkungan dan Keamanan Fisik
a. Listrik, peyejuk udara, penerang ruangan, pengaturan kelembaban, serta kendali
akses ke sumber daya informasi.
b. Pencegahan kebakaran, ketersediaan sumber listrik cadangan,
c. Juga pengendalian dan backup sarana telekomunikasi.
11. Operasi
a. Diprogram untuk merespon permintaan/keperluan SO.
b. Review atas kelompok SO berdasarkan job schedulling, review yang terus-menerus
terhadap operator, retensi terhadap console log message, dokumentasi untuk
run/restore/backup atas seluruh aplikasi.
c. Daftar personel, dan nomor telepon yang harus dihubungi jika muncul masalah SO,
penerapan sistem sift dan rotasi serta pengambilan cuti untuk setiap operator.
12. Telekomunikasi
a. Review terhadap logical and physical access controls, AKS – Bab VII Halaman : 10
b. Metodologi pengacakan (encryption) terhadap aplikasi electronic data interchange
(EDI).
c. Adanya supervisi yang berkesinambungan terhadap jaringan komputer dan komitmen
untuk ketersediaan jaringan tersebut dan juga redundansi saluran telekomunikasi.
13. Program Libraries
a. Terdapat pemisahan dan prosedur pengendalian formal untuk application source
code dan compiled production program code dengan yang disimpan di application
test libraries development.
b. Terdapat review atas prosedur quality assurance.
14. Application Support
a. Bahwa proses tetap dapat berlangsung walaupun terjadi kegagalan sistem.
b. Sejalan dengan kesinambungan proses untuk inisiasi sistem baru, manajemen.
c. proyek, proses pengujian yang menyeluruh antara user dan staf SI.
d. Adanya review baik formal maupun informal terhadap tingkat kepuasan atas SDLC
yang digunakan.
15. Microcomputer Controls
a. Pembatasan yang ketat dalam pengadaan, pengembangan aplikasi, dokumentasi
atas aplikasi, produksi maupun aplikasi dengan misi yang kritis, sekuriti logika, dan
fisik terhadap microcomputer yang dimiliki,
b. Serta pembuatan daftar inventaris atas H/W, S/W, serta legalitas dari S/W untuk
menghindari tuntutan pelanggaran hak cipta.
sumber : http://ikper.blogspot.com/2014/01/postest-kendali-dan-audit-si.html
Pretest Kendali dan Audit SI
Pengendalian internal telah mengalami perubahan dari konsep 'ketersediaan pengendalian' ke konsep 'proses pencapaian tujuan'.
Apakah maksud dari konsep 'Proses Pencapaian Tujuan' tersebut?
Maksud dari Proses Pencapaian Tujuan adalah di mana konsep tersebut disadari bahwa intelektualitas tidak terletak pada pimpinan tertinggi, tetapi terletak dilapisan bawah. Mereka yang dekat dengan konsumenlah yang paling mengerti dengan kebutuhan pasar.
Pengorganisasian yang paling tepat untuk kondisi seperti ini adalah seperti pengorganisasian orkes simponi. Organisasi ini sepenuhnya akan digerakan oleh dinamika para pekerja (ujung tombak) sesuai spesialisai masing-masing.
Untuk menjaga kekompakan agar terjadi irama yang serasi dibutuhkan seorang manajer yang berfungsi sebagai konduktor.
Manajer tersebut tidak lagi harus memiliki pengetahuan teknis seperti yang dimiliki pemain orkesnya, tetapi yang diperlukan hanya seorang yang mampu mengatur tempo dan menguasai tingkatan nada.
sumber : http://ikper.blogspot.com
Rabu, 08 Januari 2014
TUGAS 4 ILMU SOSIAL DASAR
A. KESATUAN
NUSANTARA, TANGGAPAN TERHARAP PEMILU, DAN PRESIDEN IDEAL BAGI INDONESIA
Pengertian
Nusantara
Definisi
Nusantara. Secara etimologi, berasal dari dua kata, nusa dan antara. kata nusa
dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan dalam bahasa
Latin, kata nusa berasal dari dari kata
nesos yang menurut Martin Bernal bahwa kata nusa dapat memiliki dua arti, yaitu
kepulauan dan bangsa. Sedangkan antara memiliki padanan dalam bahasa Latin, in
dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok, antara juga mempunyai
makna yang sama dengan kata inter dalam bahasa Inggris yang berarti antar
(ntara dan relasi. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta, kata ”antara” dapat
diartikan sebagai laut, seberang, atau luar.
Wawasan
Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional. Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati
kebinekaan dalam setiap kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Konsepsi
Wawasan Nusantara terdiri atas 3 unsur dasar :
• Wadah
(Contour). Meliputi, wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya adalah bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Setelah merdeka NKRI mempunyai
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah, bagi berbagai kegiatan kenegaraan
dala wujud Supra Struktur Politik dan berbagai kegiatan kemasyarakatan dalam
wujud Infra Struktur Politik.
• Isi
(Content). Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di dalam masyarakat dan dicita-citakan,
serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut 2
hal yang esensial :
– Realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama dan perwujudannya dalam pencapaian cita- cita dan tujuan nasional.
– Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional.
• Tata
Laku (Conduct). Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan Isi yang
terdiri atas:
– Tata Laku Batiniah, mencerminkan jiwa, semangat
dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.
– Tata
Laku Lahiriah, mencerminkan tindakan, perbuatan dan perilaku bangsa Indonesia.
Kedua
hal tersebut mencerminkan jatidiri dan kepribadian bangsa Indonesia yang
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta
terhadap tanah air dan bangsa sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi
dalam semua aspek kehidupan nasional.
Asas
kesatuan nusantara terdiri atas: kepentingan yang bersama, tujuan yang sama,
keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan kesetiaan terhadap ikrar atau
kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan Indonesia.
B. Tanggapan
Terhadap Pemilu
Pemilihan
umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga
perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah
amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden
(pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung
oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres
sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu.
Di tengah masyarakat, istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada pemilu
legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun
sekali.
Pemilihan
umum di Indonesia menganut asas “Luber” yang merupakan singkatan dari
“Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia”. Asal “Luber” sudah ada sejak zaman Orde
Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung
dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh
warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian
Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian
di era reformasi berkembang pula asas “Jurdil” yang merupakan singkatan dari
“Jujur dan Adil”. Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus
dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara
yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara
pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan
terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan
pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau
pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih
ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.
Serta
tanggapan terhadp pimilihan umum yaitu pemilu dinegara kita sudah mengalami
perubahan dan peningkatan dengan melakukan pemilihan secara langsung dengan
melihat calon yang sudah dipilih oleh setiap parpol, akan tetapi yang harus di
soroti adalah konstribusi parpol terhadap masyarakat awam dlm pendidikan
politik serta latar belakang calon presiden yang sudah diajukan oleh partai
tersebut apakah sudah layak menjadi presiden dan wakil presiden atau belum
menujukan prestasi. Dengan tidak hanya berfikir untuk kemenangan partainya
dengan pencintraan iming iming, setlah itu semua yang dijanjikan tidak
dijalankan dengan baik atau kata lain hilang begitu saja.
C. Calon
Pemimpin / Presiden ideal itu seperti apa?
1. Calon
pemimpin atau presiden ideal bagi Indonesia
Menjadi
pemimpin itu bukan soal kecerdasan, kharisma, komunikasi, tampilan, dan segala
macam atribut yang biasa dilekatkan pada figur pemimpin. Disebut pemimpin atau
tidak ini adalah soal ada atau tidaknya yang mengikuti. Hadirnya pengakuan dan
kepengikutan itu yang mengubah seseorang jadi pemimpin. Menjadi pemimpin adalah
soal pengakuan dari yang dipimpin, sebuah rumusan sederhana yang sering
terlupakan.
Seseorang
diakui sebagai pemimpin bila kepadanya diberikan kepercayaan. Pemimpin adalah
orang yang diikuti kata-kata dan perbuatannya.
Dia
diikuti karena dipercaya. Kepercayaan adalah pilar utama pemimpin. Kepercayaan
adalah kombinasi dari kompetensi, integritas, dan kedekatan. Ketiga faktor itu
meningkatkan tingkat kepercayaan. Tapi ada sebuah faktor yang mampu
memelorotkan kepercayaan memimpin yaitu self-interest dan dalam menyamakan
self-interestnya-nya dengan kepentingan kolektif bisa membuat pemimpin
mengalami erosi kepercayaan. Pemimpin terpercaya bisa selalu menomorsatukan
kepentingan kolektifnya. Kecintaannya pada kepentingan kolektif itu memberikan
efek yang besar. Kini dan kelak bangsa ini selalu membutuhkan pemimpin yang
mencintai bangsanya melebihi cintanya pada dirinya. Kehadiran pemimpin seperti
itu bisa luar biasa dahsyat dalam menggerakkan seluruh bangsa untuk meraih
cita-cita kolektif.
2.
Pemimpin dan pemimpi bedanya di huruf N. N-nya adalah Nyali.
Pemimpin
pada dasarnya adalah pemimpi. Pemimpi yang mimpi-mimpinya dipercaya dan
diikuti. Pemimpi yang mampu mengonversi mimpi jadi realita bisa disebut sebagai
pemimpin. Wajar jika pemimpin menitipkan mimpinya pada imaginasi, dan
membiarkan imaginasinya itu terbang amat tinggi lalu ia bekerja amat cerdas dan
keras menggerakkan seluruh daya yang tersedia untuk meraih dan melampaui
mimpinya. Disinilah sebuah huruf N sebenarnya itu mewakili komponen amat
kompleks menyangkut kemampuan meraih mimpi dan melampaui mimpi.
3.
Pemimpin selalu disorot.
Pemimpin
adalah manusia yang harus selalu menyadari kemanusiaannya dan sempurna bukanlah
atribut yang manusiawi. Karena itu pemimpin harus selalu sadar bahwa ia berada
dalam sorotan di saat ia jauh dari kesempurnaan. Efeknya simpel, pemimpin itu
jadi kotak pos untuk pujian dan kritikan. Maka itu jika tidak ingin dikritik
maka jangan sesekali mau jadi pemimpin. Pemimpin yang matang itu menjalani
perannya dengan menempatkan cita-cita bersama sebagai rujukan. Karena itu ia
matang dan mantap menjalaninya. Bisa dikatakan bahwa pemimpin yang tulus pada
cita-cita kolektifnya itu takkan terbang bila dipuji dan takkan tumbang bila
dicaci.
4.
Pemimpin yang kita ingin lihat adalah yang tidak mengejar penghormatan, tapi ia
menjaga kehormatan.
Penghormatan
itu memang bisa dipanggungkan dan bisa dibeli karenanya mudah didapat.
Sementara
kehormatan itu tidak untuk diperjualbelikan. Pemimpin yang gagasan
dan langkahnya terhormat, dengan sendirinya akan dapat kehormatan. Mencari rujukan
tentang pemimpin itu sesungguhnya mudah. Ada terlalu banyak contoh pemimpin di
sekitar kita. Di republik ini masih amat banyak pemimpin yang solid, yang
keteladanannya jadi rujukan, yang gagasannya diikuti, yang langkahnya
menginspirasi. Masalahnya adalah banyak dari mereka justru tidak berada di
panggung penting republik ini. Di panggung-panggung penting justru sering
ditemui orang-orang berkuasa tanpa kepemimpinan. Di sisi lain, banyak pemimpin
yang kepemimpinannya solid tapi tanpa kuasa dan otoritas. Jika kita menengok
pada sejarah negeri besar ini maka kita temui catatan gemilang sebuah generasi.
Republik ini didirikan oleh orang-orang yang berintegritas. Integritas itu
membuat mereka jadi pemberani dan tak gentar hadapi apa pun. Integritas dan keseharian
yang apa adanya membuat mereka memesona. Orang-orang yang sudah selesai dengan
dirinya. Mereka jadi cerita teladan di seantero negeri.
5. Hari
ini, republik membutuhkan pemimpin yang berani tegakkan integritas.
Berani
perangi “jual-beli” kebijakan dan jabatan, dan pemimpin yang mau bertindak
tegas kepentingan rakyat “dijarah” oleh mereka yang punya akses. Republik ini
butuh pemimpin yang bernyali dan menggerakkan dalam menebas penyeleweng tanpa
pandang posisi atau partai. Bukan pemimpin yang serba mendiamkan seakan tidak
pernah terjadi apa-apa. Pemimpin yang bisa jadi bersahabat tampilannya, sopan
dan simpel tuturnya, tapi amat besar nyalinya, dan amat tegas sikapnya. Tidak
selalu nyaring, tapi selalu bernyali karena nyali itu memang beda dengan
nyaring.
Republik
ini perlu pemimpin yang bisa mengajak semua untuk mendorong yang macet,
membongkar yang buntu, dan memangkas berbenalu. Pemimpin yang tanggap
memutuskan, cepat bertindak, dan tidak toleran pada keterlambatan. Pemimpin
yang siap untuk “lecet-lecet” melawan status quo yang merugikan rakyat, berani
bertarung untuk melunasi tiap janjinya. Republik ini perlu pemimpin yang
memesona bukan saja saat dilihat dari jauh, tetapi pemimpin yang justru lebih
memesona dari dekat dan saat kerja bersama.
Bukan
pemimpin yang selalu enggan memutuskan dan suka melimpahkan kesalahan. Bukan
pemimpin yang diam saat rakyat didera, lembek saat republik dihardik. Pemimpin
yang tak gentar dikatakan mengintervensi karena mengintervensi adalah bagian
dari tugas pemimpin dan pembiaran tidak boleh masuk dalam daftar tugas seorang
pemimpin. Kelugasan, ketegasan, keberanian, kecepatan, keterbukaan, kewajaran,
kemauan buat terobosan, dan perlindungan kepada anak buah bahkan kesederhanaan
dalam keseharian itu semua bisa menular. Tapi kebimbangan, kehati-hatian
berlebih, kelambatan, ketertutupan, formalitas, kekakuan, pembicaraan masalah,
orientasi kepada citra dan ketaatan buta pada prosedur itu juga menular.
Menular jauh lebih cepat dan sangat sistemik.
6.
Pemimpin bisa menentukan suasana.
Pemimpin
adalah dirigen yang menghadirkan energi, nuansa, dan aurora dalam sebuah
orkestra. Setiap pemain memiliki peran, dan tanpa dirigen-pun instrument musik
bisa dijalankan tapi orkestra itu tidak ada jiwa-nya. Pemimpin hadir membawa
suasana. Memberikan arah dan greget. Pemimpin membawa misi dan menularkannya
pada semua. Pemimpin meraup aspirasi dan energi dari semua yang dipimpinnya,
lalu mengkonversinya menjadi cita-cita kolektif dan energi besar untuk semua
bekerja bersama meraihnya. Memang pemimpin bukan dewa atau superman. Tidak
pantas semua masalah dititipkan, ditumpahkan ke pundak pemimpin.
7. Kita
amat membutuhkan pemimpin yang berorientasi pada gerakan.
Pemimpin
menjadikan semua merasa ikut memiliki tanggung jawab, merasa ikut memiliki
masalah. Pendekatannya movement bukan programmatic sehingga semua merasa
terpanggil untuk terlibat. Pemimpin yang bisa membuat semua merasa perlu
berhenti lipat tangan, lalu terpanggil untuk gandeng tangan dan turun tangan.
Pemimpin yang menggerakkan. Akhir-akhir ini kita sering menyaksikan pemimpin
hadir untuk “menyeesaikan” tantangan dan masalah. Menyelesaikan tantangan dan
masalah itu baik-baik saja. Tetapi sesungguhnya yang diperlukan justru bukan
itu. Kita memerlukan pemimpin yang kehadirannya bukan sekadar hadir untuk
“menyelesaikan” masalah dan tantangan tapi kehadirannya untuk “mengajak semua
pihak turun-tangan” menyelesaikan masalah dan tantangan.
8. Kita
memerlukan pemimpin yang menginspirasi, membukakan perspektif baru, menyodorkan
kesadaran baru dan menyalakan harapan jadi lebih terang.
Pemimpin
yang membuat semua terpanggil untuk turun tangan, untuk bekerja bersama meraih
cita-cita bersama. Pemimpin yang kata-kata dan perbuatannya menjadi pesan solid
yang dijalankan secara kolosal. Kita memerlukan pemimpin yang menggerakkan!
Langganan:
Postingan (Atom)